Kerajinan perak Gunung Kidul menjadi salah satu mata pencaharian yang beromset tinggi. Yang mana bisa dipasarkan keluar kota, luar pulau, bahkan luar negeri.Masyarakat sering mendengar dan juga sering mengucapkan kata ini “ Perak
Bakar ”. Jenis kerajinan perak ini berwarna hitam seperti bekas dibakar
sehingga banyak orang menyebutnya perak bakar. Ini adalah salah kaprah
yang ada di masyarakat kita. Bahkan orang asing pun (orang Belanda)
sering menyebutnya “ Gebrant Zilver ”, yang artinya juga perak bakar. Sebenarnya perak yang hitam itu bukan karena proses pembakaran melainkan
sengaja dibuat hitam dengan campuran bahan kimia tertentu.
Seni kerajinan perak adalah salah satu bentuk ketrampilan yang cukup
dihargai. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa pusat kerajinan perak.
Di Jawa ada di Kotagede (Yogyakarta), Bangil (Jawa Timur), Celuk di
Bali, Sumatra di Padang, Sulawesi di Kendari dan lain-lain. Sentra sentra industri perak tersebut terus berkembang dan mengalami
pemekaran. Sebagai contoh di Wonosari (DIY) sekarang banyak pengrajin
perak yang dulunya belajar di Kotagede sekarang sudah mendirikan usaha
sendiri di tempat mereka. Para pengrajin ini terus berkembang dan
semakin maju dalam pemasaran maupun kualitas produksinya.
Kerajinan yang dihasilkan yaknimulai dari kalung, cincin, giwang, dan gelang serta berbagai jenis miniatur. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 150.000 hingga Rp 2.000.000 . Maka jangan ragu untuk memilikinya sebagai koleksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar